Kegelisahan itu Apa dan Mengapa bisa terjadi ?
Kegelisahan
berasal dari kata “gelisah”. Gelisah artinya rasa yang tidak tentram di hati
atau merasa selalu khawatir, tidak dapat tenang (tidurnya), tidak sabar lagi
(menanti), cemas dan sebagainya. Kegelisahan menggambarkan seseorang tidak
tentram hati maupun perbuatannya, artinya merasa gelisah, khawatir, cemas atau
takut dan jijik. Rasa gelisah ini sesuai dengan suatu pendapat yang menyatakan
bahwa manusia yang gelisah itu dihantui rasa khawatir atau takut.
Secara lentur, kegelisahan dapat dikatakan sebagai rasa
tidak tentram, rasa selalu khawatir, rasa tidak tenang, rasa tidak sabar,
cemas, dan semacamnya. Yang jelas kegelisahan berkaitan dengan rasa yang
berkembang dalam diri manusia.
Sebagai fenomen universal, artinya mendera manusia manapun,
kegelisahan bisa muncul akibat faktor penyebab yang berbeda–beda. Upaya
mengidentifikasikan adanya berbagai macam kegelisahan atau kecemasan tidaklah
semata–mata menjadi kapasitas dunia keilmuan, yang dalam konteks ini diwakili
oleh pemikiran Freud, dokter Austria yang gema pengaruhnya mampu menembus
disiplin–disiplin psikologi, psikiatri, sosiologi, antropologi, dan bahkan
filsafat. Akan tetapi, dengan cara tutur yang berbeda, upaya identifikasi
tersebut sudah dilakukan oleh seniman. Ini boleh jadi lantaran kegelisahan,
boleh dibilang sebagai fenomena yang paling lengket dalam diri manusia.
Fenomen kegelisahan yang neurotik, sebagai buah dari
gangguan kejiwaan, tidak jarang dialami, misalnya oleh mereka yang mengidap
paranoia, suatu gejala kejiwaan yang senantiasa mendorong si penderita untuk
gampang curiga, atau mereka – mereka yang mengidap phobia, suatu gejala
ketakutan irrasional.
Penyebab kegelisahan dapat pula dikatakan akibat mempunyai
kemampuan untuk membaca dunia dan mengetahui misteri hidup. Kehidupan ini yang
menyebabkan mereka menjadi gelisah. Mereka sendiri sering tidak tahu mengapa
mereka gelisah, mereka hidupnya kosong dan tidak mempunyai arti. Orang yang
tidak mempunyai dasar dalam menjalankan tugas (hidup), sering ditimpa
kegelisahan. Kegelisahan yang demikian sifatnya abstrak sehingga disebut
kegelisahan murni, yaitu kegelisahan murni tanpa mengetahui apa penyebabnya.
Bentuk- bentuk kegelisahan manusia berupa keterasingan, kesepian, ketidakpastian.
Perasaan-perasaan semacam ini silih berganti dengan kebahagiaan, kegembiraan
dalam kehidupan manusia. Tentang perasaan cemas ini, Sigmund Freud
membedakannya menjadi tiga macam, yaitu :
1) Kecemasan obyektif (kenyataan), kegelisahan ini mirip
dengan kegelisahan terapan dan kegelisahan ini timbul akibat adanya pengaruh
dari luar atau lingkungan sekitar.
2) Kecemasan neurotik (saraf). Kecemasan ini timbul akibat
pengamatan tentang bahaya dari naluriah. Menurut Sigmund freud kecemasan ini
dibagi dalam tiga macam, yakni :
- Kecemasan
yang timbul akibat penyesuaian diri dengan lingkungan. Kecemasan ini
timbul karena orang itu takut akan bayangannya sendiri, atau takut akan
idenya sendiri, sehingga menekan dan menguasai ego.
- Rasa
takut irasional atau fobia. Rasa takut ini mudah menular sehingga
kadang-kadang tanpa alasan dan hanya karena pandangan saja, yang kemudia
dilanjutkan dengan khayalan yang kuat dan dapat menimbulkan rasa takut
·
Rasa
takut lain seperti rasa gugup, gagap, dan sebagainya
3) Kecemasan moral
·
Tiap pribadi memiliki bermacam-macam
emosi, antara lain :
iri, benci, dendam, dengki, marah,takut, gelisah, cinta, rasa
kurang (inferiot).
·
Sifat seperti rasa iri, benci,
dengki, dendam dan sebagainya adalah sifat yang tidak terpuji baik diantara
sesama manusia, maupun dihadapan Tuhan. Dengan adanya sifat itu, seseorang akan
merasa khawatir, takut, cemas, gelisah, dan putus asa.
·
Setiap orang memiliki emosi, dan
emosi penting bagi kemajuan. Namun, emosi tidak terbendung akan menyebabkan
perasaan–perasaan cemas, gelisah, khawatir, benci dan perasaan negatif lainnya.
Perasaan itu demikian hebatnya, sehingga dapat mendesak dan mengusir
pikiran-pikiran tenang, tentram, segar, dan damai.
Sebab – sebab orang gelisah
Bila dikaji, sebab–sebab orang gelisah
adalah karena pada hakikatnya orang takut kehilangan hak–haknya. Hal itu adalah
akibat dari suatu ancaman, baik ancaman dari luar maupun dari dalam.
- Gelisah
terhadap dosa-dosa dan pelanggaran ( yang telah dilakukan )
- Gelisah
terhadap hasil kerja ( tidak memenuhi kepuasan spiritual)
- Takut
menghadapi keadaan masa depan ( yang tidak disukai )
Usaha –
usaha mengatasi kegelisahan
Dalam mengatasi kegelisahan diperlukan nilai-nilai agama
seperti bersifat qana’ah (berpikir positif). pertama–tama harus dimulai dari
diri sendiri, yaitu bersikap tenang. Dengan bersikap tenang, sehingga
ketidaksabaran atau kecemasnnya dapat dikurangi dengan berdo’a kepada Tuhan
serta berusaha keras untuk mengatasi hal yang membuatnya menjadi gelisah dan
mungkin segala kesulitan dapat diatasi.
Hanya dengan
cara mendekatkan diri kepada Tuhan dan memasrahkan diri kepada Tuhan, maka hati
gelisah manusia akan hilang. Mendekatkan diri bukan hanya dengan cara melalui
hubungan vertikal dengan Tuhan, tetapi juga melalui hubungan horizontal dengan
sesama manusia sebagaimana yang diperitahkan oleh Tuhan.
Hari Cahyono, Cheppy. 1987. Ilmu Budaya Dasar. Surabaya :
Usaha Nasional.
Mustofa, Ahmad. 1998. Ilmu Budaya
Dasar. Bandung : CV Pustaka Setia.
Widhagdho, Djoko. 2004. Ilmu Budaya
Dasar. Surabaya : PT Bumi Aksara.
http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2010/01/faktor-faktor-penyebab-kesepian/
http://nothingwrongwithmylongblackhair.wordpress.com/2010/05/24/manusia-dan-kegelisahan/
http://yankumala.wordpress.com/2011/05/14/manusia-dan-kegelisahan/
0 komentar:
Posting Komentar